Sudah cukup kita berbasa-basi dalam satu paragraf introduction di atas. Saya mau mengajak anda untuk berpikir dengan konsep tersebut pada hal-hal yang immaterial. Tidak, kita tidak akan membahas bagaimana cara mendaur ulang malaikat ataupun setan untuk kepentingan pribadi kita. Saya akan membahas mengenai kebiasaan manusia yang sangat manusia-sentris. Anda pikir tidak apa-apa menyembelih seekor sapi untuk menjadi makanan anda (saya juga berpikir begitu ngomong-ngomong), sedangkan anda akan menangis tersedu-sedu apabila anda kehilangan orang yang penting bagi anda. Selama ini kita tidak pernah memikirkan perasaan entitas lain selain manusia (ini generalisasi, dan tampaknya orang-orang yang religius memikirkan perasaan tuhannya), dan apabila anda membayangkan diri anda sebagai anak sapi yang ayahnya disembelih di depan mata kepalanya sendiri seharusnya anda sedikit lebih berempati terhadap setiap beef steak baik sekedar sirloin lokal ataupun wagyu grade 9. Sekarang kita paham, betapa manusia menghargai pentingnya hubungan antar sesama manusia sekalipun dia orang super jahat yang ingin menguasai dunia(tidak dapat dipungkiri bahwa dia sangat mem-value yang namanya manusia).
Kembali kepada konsep "Go Green", kita akan coba menggunakan satu-persatu istilah yang sudah disebutkan di depan dalam konteks hubungan antar manusia. Pertama-tama, hubungan manusia tidak ter-quantify, saya rasa konsep reduce jadi tidak relevan dengan topik ini. Hubungan manusia tidak mula-mula ada, apabila kita mengurangi interaksi kita dengan orang lain maka hubungan itu tidak akan bertambah. Satu hal yang menarik dengan hubungan manusia ialah saat kita "menggunakan"nya, secara umum hubungan tersebut makin lama makin besar. Kecuali ada konflik, maka analisis kita cukup berhenti sampai di sana. Berikutnya, reuse. Apakah hubungan antar manusia apabila sudah soak bisa digunakan lagi? Tentu saja bisa, masalah seberapa buruk hubungannya sudah bukan jadi topik dalam pembicaraan ini. Mungkin dua orang pernah berteman untuk sekian lama, lalu bertengkar, lalu mereka berbaikan, lalu mereka berteman lagi, begitu seterusnya. Walaupun tentunya di masing-masing tersimpan catatan akan satu-sama lain yang terus terakumulasi. Hasilnya? Hubungan tidak akan pernah sama. Yang terakhir, tentang recycle. Pada saat relasi sudah tidak bisa digunakan, bisa saja mereka berubah menjadi wujud yang lain. Misalnya, teman sejawat yang berubah menjadi atasan bawahan. Atau sepasang kekasih yang menjadi bukan kekasih. Atau sekedar supir taksi sepanjang perjalanan yang berubah menjadi supir taksi orang lain di perjalanan yang lain. Atau ternyata semua hubungan itu conditional? Setelah dipikir-pikir hubungan antar manusia seperti plastik ya, artificial dan susah di-recycle.
Terinspirasi dari Fake Plastic Trees.
KEWL. Nggak pernah terpikir buat ngeliatnya kayak gitu...
BalasHapusspeechless. your way of thinking always amazes me *prokprokprok
BalasHapus