Daridulu pasti pernah dapat pertanyaan ini walau sekali, "Siapa idola kalian?" Saya yang beragama Islam, begitu juga dengan kebanyakan teman-teman saya di Indonesia pasti pernah (dan seharusnya) menjawab Rasulullah sebagai idolanya. Tapi jujur saja saat saya bilang tokoh islami (siapa pun, baik anggota khulafaur rasyidin maupun great Muslim scholars manapun), saya tidak benar-benar merasa dari lubuk hati yang terdalam bahwa mereka mempunyai kualitas luar biasa yang saya familiar dengannya. Bukannya mereka kurang keren bagi saya, tapi saya kurang paham (sejauh ini) dan itu terasa betul karena kekurang dekatan saya dengan mereka (yang physically memang jauh).
"Tak kenal maka tak sayang"
Begitu kata peribahasa. Menurut saya itu you don't say sekali sih, gimana juga caranya sayang sesuatu yang kita tidak kenal. Mungkin sejauh ini orangtua saya lebih masuk akal untuk jadi idola saya. Ya, mereka memang tidak menyebarkan agama Islam dengan luar biasa ke seluruh penjuru dunia. Tapi saya tahu betul betapa peran mereka berefek banyak bagi saya dan menurut saya itu keren. Atau ambil kasus ekstrim, Lady Gaga, yang walaupun ditentang banyak orang masih dapat dukungan dari banyak orang dan kreatifitasnya dalam mengenakan kostum daging (walaupun loyalitas fansnya tidak ada apa-apanya dibandingkan loyalitas sahabat terhadap Rasulullah, dan kostum daging yang.. kreatif sih, tapi err..)
Liburan ini menyadarkan saya, saat saya diberikan waktu senggang yang luar biasa banyak untuk apa saya pergunakan? Saya memang mengisi waktu untuk beberapa projek pribadi, silaturahmi (baca : main ke sana dan kemari), maupun main game bagus dan menamatkan komik bagus (saya merasa komik/anime/game bagus bukan penyia-nyiaan waktu :v). Tapi tentu saja, banyak waktu yang terbuang untuk sekedar malas bergerak dan berpikir abstrak entah kenapa. Dari situ saya berkesimpulan, alangkah luar biasanya hidup saya apabila setiap momen yang saya jalani dilakukan dengan sepenuh hati dan bermanfaat (be it kayang di depan gajah). Dan dari situ saya menemukan, cuma Rasulullah (dan mungkin beberapa sahabat-sahabat dan orang hebat lainnya) yang menggunakan waktunya sebaik yang saya deskripsikan. Hidup saya sampah? Tidak juga, hanya saja masih bisa ditingkatkan efisiensinya dengan jauh lebih baik. Carpe diem.
Sekumpulan makhluk yang menjalani hidupnya dengan sia-sia di lembah sia-sia yang menceritakan cerita tentang anak-anak yang sia-sia dan diulang selama dua kali hanya karena ada kata "lagi-lagi.." Sungguh sia-sia. (Tentu saja kalimat ini nonsense) (courtesy teletubbieskorea.blogspot -__-)